A. REVIEW FILM “HIROSHIMA
Hiroshima merupakan film semi dokumenter yang menggambarkan tentang kebijakan luar negeri Amerika dan Jepang terkait kebijakan Amerika untuk menggunakan bom atom untuk mengakhiri perang dengan Jepang. Film ini diawali dengan kematian presiden Amerika Franklin Roosevelt. Dan Harry Truman yang pada awalnya hanya menjalankan tugas sehari-harinya sebagai wakil presiden kini dituntut untuk memutuskan kebijakan yang sangat sulit sebagai presiden baru pengganti Roosevelt. Selanjutnya, film ini mengisahkan proses pengambilan kebijakan penggunaan senjata atomic oleh Presiden Truman untuk membuat Jepang menyerah. Hal ini menjadi sangat dilematis bagi Truman, walaupun di Eropa, Jerman sudah akan menyerah, namun di wilayah Pasifik Amerika masih harus berhadapan dengan Jepang. Hal ini berawal dari invasi Jepang di Manchuria pada tahun 1931. Padahal saat itu Amerika telah mengalami kerugian perang yang sangat besar baik dari segi logistik perang maupun prajuritnya.
Dan disaat itulah Presiden Truman mengetahui bahwa pihak militer sedang mengembangkan proyek senjata nuklir (Proyek Manhattan). Dan ia diminta segera memutuskan apakah senjata itu akan digunakan dan bagaimana mekanisme pengunaannya untuk membuat Jepang menyerah tanpa syarat. Dan George C. Marshal merupakan salah satu tokoh yang sangat menginginkan agar Amerika dapat mengakhiri perang dengan menjatuhkan bom atom di Jepang. Namun, hal ini diragukan dan sempat ditentang oleh Henry Stimson, selaku Menteri Perang Amerika saat itu. Penggunaan bom itu tidak akan membuat Jepang menyerah dengan mudah.
Selain Marshal, rencana pengeboman terhadap Jepang juga sangat didukung oleh James F. Barneys, yang ditunjuk oleh Truman sebagai Mentri Sekretaris Negara. Menurutnya, keputusan Amerika untuk menjatuhkan bom di Jepang adalah cara paling efektif mengakhiri perang dengan sekali serangan tanpa berhutang kepada Rusia. Tokoh lain yang juga disebutkan mendukung penggunaan bom atom terhadap Jepang adalah Leslie Groves, kepala proyek Manhattan. Menurutnya, jika Amerika hanya mendemontrasikannya saja, tidak ada jaminan nantinya senjata itu bisa saja tidak berfungsi. Karenanya tidak ada cara lain selain langsung menggunakannya untuk Jepang.
Kekhawatiran akan penggunaan senjata ini juga ditunjukkan oleh seorang peneliti nuklir bernama Leo Szilard, yang menyatakan kekhawatirannya akan perlombaan senjata yang mungkin terjadi jika senjata ini digunakan. Dengan membawa petisi yang ditandatangani oleh 73 peneliti lainnya, ia menyarankan kepada presiden Truman untuk tidak menggunakan senjata tersebut. Namun Barneys tetap menganggap bahwa pengeboman inilah yang akan mengakhiri perang dan membuat Jepang menyerah tanpa syarat. Namun, dilaporkan bahwa petisi itu tidak pernah disampaikan ke Presiden.
Di pihak Jepang, Perdana Mentri Suzuki Kantaro, telah mengungkapkan keinginan mereka untuk mengakhiri perang dengan bernegosiasi dengan sekutu. Keinginan untuk negosiasi juga muncul dari Menteri Luar Negeri Jepang, Togo Shigenori. Saat itu, Togo sangat mengharapkan bantuan Rusia untuk membantu Jepang melakukan mediasi. Namun pihak militer sama sekali tidak menginginkan hal itu. Anami Korechika, mentri perang Jepang adalah salah satu yang tidak menginginkan Jepang menyerah, dan bersikeras akan bertarung hingga akhir. Dan dengan para jendral lainnya, Anami memutuskan untuk menggunakan stategi lapis tiga untuk menghadapi pasukan sekutu. Bahkan juga mempersiapkan anak-anak untuk menghalau musuh dengan bambu runcing.
Pada 16 Juli 1945, Amerika melakukan pengujian bom pertamanya. Pengujian ini sangat mengejutkan para peneliti, karena jauh lebih kuat dari perkiraan. Keberhasilan ini semakin meyakinkan pihak militer untuk segera melaksanakan pengeboman di Jepang. Namun, sebelum Amerika melaksanakan rencananya, Presiden Truman memberikan kesempatan terakhir kepada Jepang untuk menyerah dengan mengeluarkan Deklarasi Postdam. Namun Jepang melalui Perdana Mentri Suzuki mengungkapkan bahwa Jepang tidak menanggapi ultimatum ini.
Berdasarkan saran dari Stimson, presiden Truman akhirnya mencoret Kyoto dari daftar kota yang akan diserang dan menjadikan Hiroshima sebagai target utama. Bom akhirnya dijatuhkan pada pagi hari tangga 6 Agustus 1945. Dilaporkan bom tersbut menewaskan 130.000 sipil Jepang dan menimbulkan kerusakan yang sangat parah.
Menanggapi hal tersebut, para petinggi militer Jepang masih beranggapan Jepang mampu bertahan dengan alasan bahwa Amerika pasti tidak memiliki banyak bom seperti yang dijatuhkan di Hiroshima. Jepang masih bisa berperang dan walaupun akhirnya hancur, Jepang akan hancur dengan penuh kebanggaan. Dengan kata lain lebih baik mati daripada menyerah.
Karena Jepang masih bertahan, akhirnya pada 9 Agustus 1945, “Fat Man” dijatuhkan di Nagasaki. Di saat yang sama Uni Soviet pun melakukan invasi di Manchuria. Akibatnya, kaisar Hirohito kemudian mengintervensi kabinet dan memerintahkan untuk menyerah. Namun para anggota militer yang tidak menerima keinginan Kaisar untuk menyerah kemudian merencanakan pemberontakan untuk mencegah Jepang menyerah. Namun Anami mengungkapkan bahwa Kaisar sudah memutuskan agar Jepang menyerah dan keputusan itu harus dipatuhi. Sehingga pada 15 Agustus, media menyiarkan pesan Kaisar yang menyatakan bahwa Jepang menyerah. Kemudian diceritakan bahwa Anami selaku menteri perang Jepang bunuh diri. Dan perang berakhir dengan kekalahan Jepang.
B. ANALISIS GAMBARAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI
1. AMERIKA SERIKAT
Di pihak Amerika, Presiden Truman menghadapi perdebatan pihak militer dengan politisi (mentri-mentri yang sangat liberalis) terkait kebijakan pengeboman terhadap Jepang untuk membuat mereka menyerah tanpa syarat.
Pihak militer sangat menginginkan agar Presiden Truman, menyetujui pengeboman terhadap Jepang, karena tidak ingin lagi mengorbankan banyak nyawa prajurit Amerika untuk menghadapi Jepang. Selain itu, pihak militer juga menyatakan bahwa presiden sebelumnya, Roosevelt juga telah menyetujui proyek ini. Diceritakan juga bahwa Amerika telah menghabiskan dana lebih dari 2 juta dolar untuk pengembangannya. Sehingga tidak ada pilihan untuk tidak menggunakannya.
Sedangkan pihak politisi menyatakan bahwa rencana pengeboman terhadap Jepang tidak akan membuat Jepang menyerah dan mengakhiri perang. Namun akan menyebabkan perang yang lebih mengerikan. Hal ini disertai dengan kekhawatiran Jepang akan berpaling ke Rusia dan juga pentingnya Amerika untuk mengutamakan penyelesaian secara politik.
Selain itu peneliti yang mengembangkan proyek Manhattan juga menyatakan kekhawatirannya. Penggunaan senjata nuklir akan mengakibatkan perlombaan senjata dan juga perang yang mengerikan. Penggunaan senjata juga akan membocorkan teknologi Amerika ke Rusia. Selain itu, para peneliti khawatir, mendemonstrasikan senjata itu akan melanggar hukum penggunaan senjata atom dan pada akhirnya hanya digunakan untuk kepentingan militer
Karena perdebatan ini, kemudian diadakannyalah rapat komite sementara untuk memberikan rekomendasi tentang penggunaan senjata tersebut. Pihak militer merekomendasikan 4 pilihan, yaitu:
1. Penggunaan bom oleh militer sebagai senjata
2. Mendemontrasikan kekuatan bom ini di pulai kosong di hadapan pengamat jepang
3. Gunakan bom untuk menyerang pangkalan militer saja seprti di Anchor (pusat AL Jepang)
4. Menggunakan bom ke sasarn campuran misalnya sebuah kota dengan instalasi militer dengan peringatn terlebih dahulu
5. Menggunakan bom ke sasaran campuran tanpa peringatan terlebih dahulu
Rapat ini kembali menyebabkan perdebatan diantara pihak militer, politisi, serta para peneliti. Karena tidak ada pilihan selain menggunakan senjata tersebut untuk membuat Jepang menyerah.
Namun, pada 1 juli 1945, akhirnya rapat komite menyetujui penggunaan bom atom untuk menyerang Jepang dengan sasaran instalasi militer yang disekitarnya terdapat pemukiman penduduk untuk memberikan kesan yang lebih mengejutkan kepada musuh dan menggunakannya tanpa peringatan. Dalam waktu yang sama George Marshall juga mengemukakan rencananya untuk menginvasi Kyushu pada November dan Honshu pada Maret 1946.
Setelah pengujian bom atom pertama pada 16 Juli 1945, Presiden Truman tetap memberikan kesempatan kepada Jepang untuk menyerah dengan mengeluarkan Deklarasi Postdam yang isinya adalah keinginan sekutu untuk memberikan kesempatan kepada Jepang dengan syarat:
a. Mereka yang memimpin rakyat jepang untuk menaklukkan dunia harus disingkirkan
b. Tentara jepang yang sudah dilucuti senajatanya diperbolehkan pulang.
c. Jepang harus mendukung pembaharuan dan memperkuat demokrasi
Setelah menerima jawaban dari Jepang yang menyatakan bahwa mereka menolak Deklareasi Postdam ini, pada 6 Agustus, Amerika pun menjatuhkan bom atom “little boy” di Hiroshima pada 6 Agustus dan kemudian menjatuhkan “fat man” di Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
2. JEPANG
Di pihak Jepang, perdebatan juga terjadi antara pihak militer dan kaisar (termasuk pendukung kaisar). Perdebatan ini mengenai keinginan Jepang untuk terus berperang atau menyerah kepada sekutu. Pada dasarnya pihak militer tidak menginginkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika. Pihak militer menyatakan bahwa keinginan Amerika untuk membuat Jepang menyerah adalah hanya karena Amerika telah lelah berperang. Namun Jepang tidak akan menyerah dan prajurit di medan perang akan terus berjuang melawan sekutu serta tetap menjaga kehormatan Jepang dan Kaisar.
Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sebuah pertemuan, para petinggi militer Jepang akan terus bertahan dan mempersiapkan strategi untuk menghadapi perang yang lebih intense dengan sekutu, yaitu strategi lapis tiga. Kapal kamikaze akan mengurangi 25% jumlah musuh di laut dan 25 % musuh akan dihancurkan saat akan mendarat. Dan sisanya akan dihancurkan dengan pasukan di darat. Namun, dilain pihak, perdana mentri dan kaisar Jepang, melihat perang yang terjadi telah menimbulkan penderitaan bagi rakyat Jepang. Dan menginginkan agar Jepang bisa melakukan negosiasi. Dan pada tanggal 12 Juli 1945, Kaisar mengutus Pangeran Konoye ke Moskow sebagai utusan pribadi untuk menegosiasikan perdamaian. Dengan kata lain, Jepang akan menyerah tanpa syarat asalkan kaisar tetap dapat berada di istana.
Pada saat sekutu memberikan kesempatan kepada Jepang melalui Deklarasi Postdam. Pihak militer menolak dengan keras dan bersikukuh untuk terus bertahan. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanggaan Jepang yang tidak pernah kalah. Sehingga pada akhirnya, Perdana Menteri Jepang menyatakan penolakannya untuk menuruti ultimatum sekutu. Sehingga pada 9 Agustus, Amerika kembali mejatuhkan bom atomnya di Nagasaki. Hal ini semakin memperkuat keinginan Kaisar untuk menyerah. Dan pada tanggal 15 Agustus 1945, akhirnya diumumkanlah bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Comment Pleasee...^^
BalasHapusMANTAP! haha...ndak jadi uney follow wak do? :(
BalasHapushehehehe....
BalasHapusgitu c komenx??
yo ha wak follow uni ha...
puas lo???^^
uni..komen banyak2 yo??
BalasHapusbia rami stek..
malangang c ha...
wak sato pulo koment ciek uni ,, link untuak mandownload pilem nyo ma koh ?? nto ndaq ado do ?? by anprat.blogspot.com urang minang
BalasHapus