KRISIS EKONOMI DI IRLANDIA
Krisis yang terjadi di Irlandia pada tahun 2010 lalu ternyata sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi Uni Eropa. Krisis Irlandia ini dimulai sebagai efek contagion dari krisis moneter yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008, yang menyebar ke Eropa dan kawasan Asia Pasifik, diantaranya Yunani, Spanyol, Portugal, dan Irlandia. Keterkaitan ekonomi yang kuat antara negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat menyebabkan penularan krisis menjadi hal yang tidak dapat dielakkan. Dan berbagai upaya pun dilakukan untuk mencegah penularan krisis yang lebih besar, salah satunya adalah upaya negara-negara Eropa untuk memberikan dana talangan (bail-out) untuk menyelamatkan institusi-insitusi keuangan yang terancam bangkrut. Dan pemberian bail-out inilah yang ternyata justru semakin memperburuk kondisi perekonomian negara Eropa yang mengalami krisis, karena dalam waktu panjang akan membuat negara mengalami defisit dan terbelit hutang dalam skala besar.
Dan Irlandia merupakan salah satu negara di Eropa yang menjalankan mekanisme bail-out ini untuk merespon krisis global. Irlandia mengeluarkan dana talangan yang cukup fantastis yaitu sebesar 544 miliar dolar atau 200 miliar Euro. Upaya bail-out ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung rekapitulasi lembaga-lembaga keuangan Irlandia termasuk para investor asing dan para pemegang saham. Dan salah satu lembaga-lembaga keuangan yang diberikan bail-out oleh pemerintah Irlandia adalah Anglo Irish Bank dan Allied Irish Bank. Namun, ternyata bail-out yang diberikan kepada lembaga-lembaga ini tidak dapat mengatasi krisis akibat salah manajemen. Selain itu, pemerintaha Irlandia juga mengeluarkan sebuah program penyelamatan yaitu NAMA (National Asset Management Agency). Dengan program ini pemerintah akan membeli aset-aset bank yang mengalami masalah terbesar di Irlandia. Namun, program ini pun tidak membawa ekonomi Irlandia menjadi lebih baik.
Terbukti pada saat itu, karena krisis ini Irlandia mengalami defisit anggaran sebesar 32 % dari produk domestik bruto (PDB) dan menjadi defisit terbesar di kawasan Eropa. Merosotnya perekomonian Irlandia ini juga menyeret euro ke level terendah pada 1,3181 terhadap dolar pada 29 November 2010, sebelum pulih di level 1,3232. Walaupun demikian, Euro masih belum bisa menjaga kestabilannya dan bahkan mulai merosot secara perlahan.
Dan untuk menghindari kondisi yang lebih buruk, negara-negara di Eropa yang mengalami defisit anggaran mendapatkan tekanan dari Uni Eropa untuk menyeimbangkan anggaran dengan pendapatan negaranya. Namun upaya ini membawa masalah lain bagi rakyat Irlandia, rencana pengetatan ekonomi berupa pengurangan dana kesejahteraan dan sosial mendapat kritikan dari rakyat. Perekonomian yang lesu, defisit pemerintah yang tinggi serta pengangguran yang tinggi akibat krisis, tentu akan semakin memperburuk kondisi masyarakat jika pengetatan ekonomi diberlakukan. Sehingga akhirnya, untuk menghindari memburuknya ekonomi Eropa secara keseluruhan, Uni Eropa menyetujui paket stimulus sebesar 85 milyar euro sebagai upaya penyelamatan ekonomi Irlandia. Kesepakatan ini dijadwalkan akan diratifikasi dalam pertemuan tingkat mentri yang dihadiri 27 negara anggota Uni Eropa di Brussel bertujuan untuk mencegah krisis hutang Irlandia menyebar ke 16 negara Uni Eropa lainnya.
IMF juga telah menyiapkan dana 100 milyar euro untuk menghindari krisis ekonomi Amerika 2008 jilid 2 terjadi di Eropa. Pengucuran dana talangan ini akan diberikan sesuai dengan permintaan Negara. Dan akhirnya, atas desakan Bank Sentral Eropa untuk mencegah menyebarnya krisis ke 16 negara euro-zone lainnya, akhirnya mentri keuangan Irlandia Brian Lenihan sepakat mengajukan utang kepada IMF dan Uni Eropa. Sehingga dalam pertemuan di Brussel yang dihadiri oleh 27 mentri keuangan Negara-negara Uni Eropa disepakati paket stimulus sebesar 85 milyar euro (Rp1.013 triliun) sebagai upaya penyelamatan Irlandia. Pertemuan ini juga dihadiri oleh negara-negara non-zona euro, yakni Inggris, Swedia, dan Denmark yang telah menawarkan pinjaman bilateral kepada Dublin.
Namun, hal ini membawa masalah baru bagi Irlandia. Keputusan pemerintah Irlandia untuk meminta bail out dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Uni Eropa berdampak pada krisis politik di Irlandia. Desakan mundur bagi Perdana Mentri Irlandia Brian Cohen semakin besar, tekanan ini juga datang dari partai oposisi (Sinn Fein), partai koalisi (Partai Hijau) dan bahkan dari partai Cohen sendiri (Fianna Fail). Hal ini karena pada awalnya Cohen menyangkal bahwa Irlandia membutuhkan dana talangan, namun kemudian ia sendiri yang melontarkan permintaan pinjaman. Pengakuan ini tentu menjadi pukulan politik yang besar bagi Cohen, sehingga karena dianggap gagal, desakan untuk mundur dan diadakannya pemilu semakin kuat.
Kenyataan bahwa bail-out gagal membawa Irlandia keluar dari krisis, membuat Bank Sentral Eropa (ECB) menghadapi dilemma. Presiden Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet mengatakan masalah baru muncul yaitu bagaimana mengembalikan uang tanpa membangkrutkan Irlandia. ECB yang berbasis di Frankfurt ingin bergerak secepatnya dengan menjual aset perbankan Irlandia. Imbal hasi (yield) obligasi Irlandia dengan tenor 10 tahun kembali mencatat rekor tertinggi yaitu mencapai 9,77%.
ANALISIS:
A. Krisis Irlandia
Kebijakan bail-out yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga-lembaga keuangan bermasalah adalah kebijakan yang kurang tepat diaplikasikan untuk kasus krisis Irlandia. Pertama, pada kenyataannya bail-out yang diberikan lembaga keuangan seperti Anglo Irish Bank dan Irish Nation Wide itu hilang begitu saja akibat salah managemen. Ditambah lagi dengan pemerintah yang justru menggunakan pajak dari rakyat (17,5 miliar euro kelompok dana pensiun negara untuk mendanai bailout) untuk menyelamatkan bank-bank yang bermasalah, dan malah mengurangi penggunaan pajak untuk kesejahteraan rakyat. Jadi seolah-olah pemerintah malah menolong bank-bank yang telah menilap uang rakyat dengan pajak dari rakyat. Tak heran krisis ekonomi tersebut juga menimbulkan krisis politik di Irlandia.
Krisis politik yang terjadi akibat utang Irlandia merupakan efek domino yang harus dihadapi pemerintah Irlandia. Ketika pemerintah Irlandia melalui perdana mentrinya yang pada awalnya menyangkal bahwa Irlandia membutuhkan dana talangan, malah meminta IMF dan Uni Eropa memberikan pinjaman. Masyarakat yang telah kecewa karena uang mereka di berbagai lembaga keuangan hilang dan juga mengalami pemotongan biaya kesejahteraan, tentu akan menyalahkan pemerintah. Hal ini terbukti, dengan desakan terhadap perdana mentri Cohen untuk mundur, bahkan tuntutan ini juga muncul dari partainya sendiri, Fianna Fail.
Hal ini diperparah dengan pemerintah korup Irlandia yang membuat bail-out menjadi hal yang sia-sia. Dan yang menjadi ketakutan terbesar adalah setelah dana bail-out digunakan namun tidak menyelesaikan masalah, maka Irlandia otomatis akan terbelit utang yang sangat besar. Dan masyarakat akan kembali dirugikan, karena uang dari masyarakat akan digunakan pemerintah untuk mendanai pembayaran bail-out. Dengan kompensasi dana untuk kesejahteraan rakyat akan dipotong. dan dalam jangka panjang, utang ini akan menghancurkan ekonomi Irlandia secara keseluruhan. Dan efeknya akan sangat mempengaruhi Eropa.
B. Penyebaran Krisis ke negara Eropa lain
1. Krisis yang melanda Uni Eropa bisa dijelaskan dengan teori interdependensi Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye. Teori interdependensi menunjukkan bahwa terdapat hubungan saling ketergantungan antarnegara. Di mana negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga mengharuskannya bekerjasama dengan negara lain. Begitu pula negara-negara di Eropa yang saling bekerjasama satu sama lain untuk mencapai kepentingannya masing-masing. Hubungan saling ketergantungan inilah yang membuat rentannya suatu masalah yang terjadi di suatu negara juga akan mempengaruhi negara-negara yang berada disekitarnya. Termasuk masalah krisis hutang Irlandia yang saat ini membawa dampak dan pengaruh yang besar bagi perekonomian Uni Eropa.
2. Uni Eropa juga merupakan kawasan yang terintegrasi dengan satu mata uang tunggal. Dan krisis yang terjadi di Irlandia sebagai salah satu dari 16 negara euro-zone, tentu akan mempengaruhi negara lain dengan mata uang yang sama. Dalam artian Negara lain tersebut juga memiliki potensi untuk mengalami krisis yang sama dengan Irlandia. Jadi, mata uang tunggal Euro bagi negara-negara Uni Eropa juga turut mempengaruhi proses contegion krisis di Eropa.
3. Pada dasarnya memburuknya ekonomi Eropa secara keseluruhan tidak terlepas dari efek negatif proses enlargement yang dilakukan Uni Eropa sendiri. Uni Eropa yang pada awalnya ditargetkan hanya beranggotakan 12 negara, dan kini telah menjadi 27 negara telah membuat Uni Eropa kewalahan menerapkan penyeragaman terutama masalah kebijakan ekonomi. Masing-masing negara Uni Eropa memiliki permasalahan ekonomi sendiri-sendiri serta memiliki fondasi dan kekuatan ekonomi yang berbeda. Karenanya penyeragaman sulit dilakuan, sehingga dalam prakteknya walaupun kebijakan Uni Eropa telah dibentuk, Negara masih menjalankan kebijakannya masing-masing.
Referensi:
http://www.antaranews.com/berita/1291020624/euro-jatuh-pasca-bailout-irlandia
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/11/22/148039-atasi-krisis-irlandia-akhirnya-ajukan-utang-ke-imf-dan-uni-eropa
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/11/30/149438-uni-eropa-sepakat-talangi-irlandia-rp1-013-triliun
http://www.seputarforex.com/dilema-bank-sentral-eropa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar