Amerika Serikat merupakan Negara yang mendominasi dunia bisnis, perdagangan dan komunikasi. Tidak hanya itu, Amerika Serikat juga merupakan Negara dengan ekonomi paling berhasil di dunia, begitu pula dengan kekuatan militernya. Karena itu sejak abad 20, Amerika Serikat telah menjadi Negara super power. Supremasi Amerika hari ini mencakup bidang ekonomi, keuangan, militer, gaya hidup, bahasa dan produk-produk kebudayaan massa yang membanjiri dunia , mempengaruhi pemikiran dan juga mempesona dunia termasuk musuh Amerika sekalipun. Dan system internasional hari ini dibangun bukan dari kondisi balance of power melainkan hegemoni Amerika. Hegemoni inilah yang menciptakan interdependensi global
Dari penjelasan diatas, tidak perlu diragukan lagi Amerika adalah kekuatan nomor satu di dunia. Namun sampai kapan situasi itu akan bertahan, dan apa yang harus kita lakukan dengan hal itu?
Banyak sarjana berpendapat bahwa keunggulan Amerika hanya merupakan hasil dari runtuhnya Uni Soviet dan kondisi unipolar ini hanya berlangsung sementara waktu. Dan bahkan sebelum September 2001, telah banyak pemikir-pemikir baik dari liberal maupun konservatif yang beranggapan bahwa merupakan suatu hukum alam dalam politik internasional,jika ada sebuah Negara yang terlalu kuat, maka Negara-negara lain akan menggabungkan diri untuk mem-balance kekuatannya. Karenanya, dominasi Amerika saat ini hanya bersifat sementara.
Buktinya, di dalam Indian Journal yang menyebutkan tentang segitiga strategis antara Rusia, India, dan China yang merupakan wujud perimbangan terhadap kondisi dunia yang unipolar atau sumber-sumber seperti The Economist yang sepakat bahwa satu-satunya super power tidak akan bertahan lama. Kehadiran China dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, tidak ada yang bertahan selamanya di dalam politik dunia, termasuk dominasi Amerika Serikat.
Lalu apa yang harus kita lakukan? di level nasional, kita membutuhkan beberapa gambaran sebagai pedoman untuk memandu kebijakan luar negeri dan memberitahu bagaimana untuk menggunakan power Negara yang sebenarnya. Dan sangat bisa dipastikan bahwa tidak ada masa depan tunggal, terdapat beberapa kemungkinan masa depan dan kualitas politik luar negeri suatu Negara yang akan mempengaruhi kualitas politik dan kebijakan luar negeri sebuah Negara. Karena, ketika dalam sebuah system terdapat interaksi kompleks dan umpan balik, maka sebuah masalah kecil akan memiliki efek yang besar.Dan ketika manusia terlibat di dalam system tersebut, maka prediksi dan respon mereka terhadap masalah mungkin saja gagal dilaksanakan.
Kita tidak bisa berharap untuk memprediksi masa depan, namun kita bisa melihat gambaran-gambaran umum yang membuat kita bisa menghindari beberapa kesalahan umum.
THE SOURCES OF AMERICAN POWER
Secara sederhana, power merupakan kemampuan untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan apa yang diinginkan dan jika perlu, power bisa mengubah tindakan orang lain sesuai dengan yang diinginkan. Kemampuan untuk mempengaruhi outcome / hasil yang selalu diasosiasikan dengan kepemilikan terhadap sumber daya tertentu.
Selain itu power juga dianggap sebagai sebuah kepemilikan elemen-elemen tertentu dalam junlah besar seperti populasi, territorial, sumber daya alam, kekuatan ekonomi, militer dan stabilitas ekonomi. Power dalam pengertian ini adalah menggenggam kartu-kartu truf dalam permainan poker internasional. Jika kita menunjukkan bahwa kita memiliki kartu truf, maka orang lain akan menurut, namun sebaliknya, jika yang dipegang adalah kartu yang tidak berguna, berarti kita akan kehilangan hal yang menjadi tujuan.
Jika berada dalam level internasional, terdapat sebuah great power dengan kekuatan yang sangat berpengaruh di berbagai bidang. Dan secara tradisional cara untuk mengukur dan mengetes kekuatan great power ini adalah melalui perang. Perang menjadi game terakhir dalam permainan politik internasional yang dimainkan, melalui perang dapat diukur “relative power” suatu Negara.
Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, sumber power great power juga berubah. Sewaktu berkembanganya ekonomi agrarian masa abad 17-18 di Eropa, populasi menjadi power yang paling penting karena populasilah yang memberikan basis untuk pajak dan perekrutan infantry (mercenaries), dan kombinasi antara manusia dan uang meminggirkan Prancis. Namun di abad 19, peningkatan pentingnya industry, memberikan keuntungan bagi Inggris. Dan pada pertengahan abad 20, terkait dengan masalah nuklir, Amerika dan Uni Soviet memiliki tidak hanya kekuatan industrial, namun juga senjata nuklir dan intercontinental missiles.
Namun, hari ini fondasi power telah bergeser dari awalnya yang menekankan pada masalah kekuatan militer dan penaklukan. Penyebab salah satunya adalah nuklir.
Perubahan lain lainnya adalah bangkitnya nasionalisme yang meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu, perubahan dalam masyarakat (postindustrial society), masyarakat post-industrial lebih focus pada kesejahteraan dan benci mengorbankan banyak orang. Namun bukan berarti mereka tidak menggunakan kekeradan. Dalam demokrasi modern, penggunaan kekerasan membutuhkan justifikasi moral yang terperinci untuk memastikan dukungan dari masyarakat.
Dan jina dihubungkan dengan tipe-tipe Negara di dunia hari ini, maka penggunaan kekerasan akan banyak terjadi di Negara-negara miskin dan Negara pra industry, dan untuk Negara-negara industry modern seperti India atau China, penggunaan kekerasan masih dapat diterima, sedangkan di Negara-negara post-industri, penggunaan kekerasan kurang ditolerir.
Dan bagi semua great power saat ini, penggunaan kekerasan akan membahayakan tujuan dan kepentingan ekonomi mereka. Namun hal itu bukan berarti penggunaan kekuatan militer tidak memiliki peranan dalam dalam politik internasional saat ini.
SOFT POWER
Kekuatan militer dan kekuatan ekonomi merupakan hard powe yang bisa digunakan untuk mengubah pemikiran sebuah Negara. Hard power tergantung pada mekanisme bujukan (carrot) atau ancaman (stick). Namun terdapat cara lain untuk menggunakan power. Sebuah Negara bisa mendapatkan hal yang diinginkannya karena Negara lain ingin mengikutinya, dan menghargai nilai-nilai Negara tersebut. Hal ini terjadi tanpa ancaman atau penggunaan senjata ekonomi atau militer. Power ini yang disebut soft power.
Power ini lebih bersifat mengkooptasi daripada memaksa. Soft Power tergantung pada kemampuan untuk membangun agenda politik yang membentuk preferensi Negara-negara lain. Kemampuan membentuk preferensi ini berasosiasi dengan sumber kekuatan yang intangible, seperti kebudayaan yang menarik, ideology, dan institusi.
Soft power tidak sama dengan pengaruh, walaupun soft power adalah sumber pengaruh. Seseorang bisa mempengaruhi orang lain dengan bujukan atau ancaman. Tapi Soft power lebih dari persuasi atau kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang dengan argument. Soft power merupakan kemampuan untuk memikat dan menarik. Dan daya tarik ini yang menuntun pada penerimaan secara umum dan pada akhirnya ditiru oleh banyak orang.
Hard power dan Soft power saling terkait dan saling menguatkan satu sama lain.keduanya merupakan aspek kemampuan untuk mencapai tujuan dengan mempengaruhi tindakan pihak lain. Terkadang sumber power yang sama bisa mempengaruhi seluruh spectrum tindakan baik melalui paksaan atau bujukan. Namun soft power bukan hanya refleksi hard power. Hal ini terlihat ketika Vatikan tidak kehilangan sof power-nya ketika kehilangan Papal State di Italia apa abad 19.
Selain itu, soft power juga lebih dari kekuatan budaya. Kekuatan Amerika di dalam negeri (misalnya demokrasi), dalam institusi internasional (mendengarkan Negara lain), dan dalam kebijakan luar negeri (mempromosikan perdamaian dan hak asasi manusia) juga memiliki kontribusi membentuk image Amerika. Hal ini menyebabkan Amerika bisa menarik maupun menolak Negara lain dengan pengaruhnya. Namun soft power tidak berada di tangan pemerintah seperti halnya hard power. Sumber Soft power terpisah dari pemerintah Amerika. Hari ini, perusahaan popular Amerika atau kelompok non pemerintah mengembangkan soft power dengan harapan bisa menjadi tambahan untuk mencapai tujuan resmi kebijakan luar negeri Amerika. Semua sumber soft power ini semakin penting dalam era informasi global di abad baru ini. Dan saat yang sama kesombongan, perbedaan pendapat, dan pendekatan sempit dalam kepentingan nasional Amerika mendorong Amerika untuk lebih menggali soft powernya.
Power dalam era informasi global lebih bersifat untangible (tidak nyata) dan juga tidak koersif, terutama di Negara-negara maju.
Di dunia yang heterogen ini semua sumber kekuatan baik militer, ekonomi maupun soft power masih relevan, walaupun dalam level dan hubungan yang berbeda. Namun, jika tren ekonomi dan social saat ini terus berlanjut, maka kepemimpinan revolusi informasi dan juga soft power menjadi lebih penting.
Power di abad 21 adalah gabungan sumber-sumber hard power dan soft power. Dan hingga saat ini Amerika masih memegang power yang besar baik dalam dimensi militer, ekonomi maupun soft power. Kesalahan besar jika seandainya sebuah Negara percaya bahwa dengan hanya meningkatkan kekuatan militer akan menjamin kekuatan suatu Negara.
BALANCE OR HEGEMONY?
Hard power dan soft power Amerika hanya bagian dari cerita. Bagaimana reaksi pihak lain terhadap kekuatan Amerika menjadi lebih penting untuk dipertanyakan. Kebanyakan para realist memuji keberhasilan balance of power Eropa di abad 19, yang secara bertahap menggeser koalisiyang terdiri dari Negara dengan aggressive power. Dan mereka mendorong Amerika untuk menemukan kembali keberhasilan balance of power tesebut di level internasional
Ketika sebuah Negara menjadi sangat kuat dalam kaitannya dengan pesaing potensial, maka perang akan sangat mungkin terjadi. Namun, apakah multipolar itu baik atau buruk, masih diperdebatkan.
Terkadang, istilah balance of power juga digunakan dalam cara yang kontradiktif. Dan penggunaan yang paling menarik adalah balance of power sebagai predictor tentang bagaimana Negara akan bertindak. Apakah Negara akan membuat kebijakan yang akan mencegah Negara lain mengembangkan power yang bisa mengancam kemerdekaan Amerika. Dengan bukti-bukti sejarah, banyak orang percaya, Amerika akan terus mempertahankan koalisi yang sebenarnya membatasi kekuatan Amerika. Dengan kata lain, baik kawan maupun lawan akan bereaksi layaknya terdapat ancaman atau terdapat pihak yang dominan diantara mereka. Sehingga Negara-negara lain akan melakukan strategi balancing.
Masalah ketidakmerataan kekuatan bisa menjadi sumber perdamaian dan stabilitas internasional. Tidak pedulu bagaimana power diukur, beberapa penteori beranggapan bahwa distribusi power yang merata diantara Negara-negara besar jarang terjadi dalam sejarah dan upaya untuk mempertahankan keseimbangan malah akan menyebabkan perang. Karenanya, keberadaan hegemoni menjadi suatu yang wajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar