“Selective Engagement” merupakan salah satu visi strategi kebijakan luar negeri Amerika yang menekankan pentingnya bagi Amerika untuk memastikan perdamaian diantara great power (kekuatan-kekuatan dengan potensi-potensi industry dan militer). Dengan kapabilitas militer yang baik itulah, konflik antara great power menjadi hal yang membahayakan Amerika Serikat dibanding dengan konflik-konflik apapun. Perang antara great power akan menciptakan peluang produksi senjata pemusnah massa dalam skala besar, sebuah eksperimen yang berupaya dicegah oleh Amerika Serikat agar tidak terjadi.
Seperti halnya “New Isolationism”, “Selective Engagement” juga muncul dari tradisi realisme dan juga fokus pada power. Selain itu, seperti “Cooperative Security”, “Selective Engagement” juga tertarik pada pembahasan perdamaian. Namun berbeda dengan Neo Isolationisme yang beranggapan bahwa wilayah Amerika dan nuclear deterrence membuat Amerika begitu aman dan hegemoni Eropa bukanlah masalah keamanan yang begitu penting bagi Amerika Serikat.
Selective Engagement juga memiliki ekspektasi yang sama dengan Neo Isolationisme bahwa state balance dan nuclear weapon dapat mempertahankan status quo. Namun, menurut Selective Engagement proses balancing tersebut akan terjadi secara lambat dan Pemerintah terkadang juga mengalami miskalkulasi dan bahkan nuclear deterrence terkadang juga gagal.
Ketika Amerika memiliki kepentingan dalam perdamaian antar great power, Amerika akan berupaya dengan melakukan intervensi di wilayah yang memiliki posibilitas tertinggi terjadinya pertentangan antar great power dan juga daerah dengan konsekuensi perang yang paling serius. Selain itu, Selective Engagement juga berupaya untuk memastikan bahwa Amerika tidak menginginkan terjadinya perang dengan great power Eropa, dan untuk itu, Amerika memiliki kekuatan militer yang memadai untuk menghindari terjadinya hal tersebut dan juga kekuatan militer untuk masuknya aggressor.
Para pendukung Selective Engagement memulai dari dasar pemikirannya dengan landasan langkanya sumber daya Amerika. Kelangkaan ini membuat sangat tidak mungkin bagi Amerika untuk mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menjaga perdamaian di level domestik dan juga perdamaian di level internasional sekaligus. Apalagi kekuatan untuk menjadi pemimpin dalam tatanan dunia yang unipolar.
Faktanya, Amerika memang memiliki 22% gross world product , namun Amerika hanya memiliki populasi 4,6% dari populasi global. Dan pembangunan ekonomi global secara bertahap akan mengurangi keuntungan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, factor-faktor demografis juga membatasi kapasitas Amerika untuk melakukan intervensi dalam perang sipil yang intensif.
Issues And Instruments
Selective Engagement juga mengkhawatirkan tentang masalah proliferasi nuklir, karena proliferasi nuklir dibeberapa Negara menjadi masalah bagi Negara lain. Amerika Serikat berharap Negara-negara yang mengembangkan senjata nuklir adalah Negara yang tidak memiliki konflik kepentingan dengan Amerika atau Negara yang memiliki hubungan yang baik dengan Amerika. Selain itu, Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dipandang sebagai instrument yang membolehkan Negara yang tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nuklir, atau tidak memiliki insekuritas di dalam negeri serta tidak mempunyai ambisi terhadap kepemilikan dan penggunaan senjata nuklir.
Dalam hal ini, Selective Engagement akan mengupayakan usaha-usaha untuk membujuk India, Israel, Pakistan, dan Ukraina untuk menyerahkan kapabilitas nuklirnya dan bergabung dengan NPT . Namun Amerika sangat menahan diri dalam melakukan hal ini agar tidak membuat pihak yang pada awalnya netral atau teman Amerika menjadi musuh akibat hal ini. Proliferasi juga merupakan masalah ambisi politik negara yang sensitif dengan resiko dan biaya. Korea Utara, Irak, dan Iran termasuk dalam kategori ini. Respon yang paling penting adalah untuk menyakinkan mereka bahwa mereka sedang diawasi dan Amerika Serikat akan menetang setiap ambisi-ambisi nuklir yang mungkin ada.
Bagi para pendukung Selective engagement, bagian dunia yang menjadi perhatian Amerika adalah Eropa, Asia Timur, dan juga Timur Tengah. Aliansi tradisional merupakan instrument yang tepat untuk mewujudkan kepentingan ini. Misalnya dengan NATO. Walaupun demikian, bukan berarti bagian dunia lain tidak diperhatikan oleh Amerika. Beberapa Negara juga bisa menjadi masalah dan perhatian bagi Amerika untuk beberapa alasan. Misalnya dengan Meksiko. Meksiko merupakan kepentingan luar negeri Amerika yang penting.
Selain itu, Para pendukung Selective Engagement juga memiliki perhatian yang besar dengan masalah konflik etnis yang berkemungkinan memiliki resiko untuk menciptakan perang antar great power. Misalnya masalah Rusia dan Ukraina. Mereka juga memandang intervensi kemanusiaan sebagai pertanyaan yang akan dijawab oleh proses normal politik domestic Amerika.
Nuclear Deterrence yang kuat masih dibutuhkan untuk men-deter serangan nuklir Amerika Serikat dan untuk melindungi kebebasannya dalam hal kekuatan nuklir. Sejak Amerika memiliki kepentingan dalam stabilitas di tiga kawasan, yaitu Eropa, Asia dan Timur Tengah dan ketika masalah-masalah datang secara bersamaan di dua atau lebih area yang tidak bisa ditangani, akan sangat beralasan untuk menahan kapabilitas “Two Regional Wars”.
QUESTION: “SEBERAPA MENYAKINKAN PENGGUNAAN STRATEGI SELECTIVE ENGAGEMENT DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA?”
Selective engagement merupakan strategi yang terbaik bagi Amerika. Era unipolar tidak akan bertahan selamanya, dan Amerika menyadari akan hal itu. Timbulnya rising power baru seperti China dengan perekonomian yang terus berkembang dan peningkatan kualitas kekuatan militer mengingatkan Amerika agar mulai membentuk rencana-rencana strategis dan bijaksana untuk sekarang dan untuk masa depan.
Masalah kelangkaan sumber daya yang dimiliki Amerika pada dasarnya membuat Amerika lebih rasional dan realistis dalam perumusan kebijakan luar negerinya. kondisi ekonomi Amerika yang kian melemah pun juga berkontribusi untuk membuat Amerika menjadi tidak mau ikut campur dalam masalah global, jika hal tersebut tidak benar-benar menyangkut kepentingan nasional Amerika.
Dan menurut Robert J. Art, Amerika memiliki beberapa kepentingan nasional fundamental, yaitu:
a. Melindungi tanah air mereka dari serangan
b. Mempertahankan perdamaian dengan great power di Eurasia
c. Mempertahankan akses minyak yang stabil ke Amerika
d. Memelihara tatanan ekonomi internasional yang terbuka
Kepentingan Amerika yang pertama sangat berkaitan dengan ancaman terorisme yang mengguncang Amerika sejak September 2001. Hal tersebut membuat Amerika menjadi sangat concern pada hal terorisme. Dan yang menjadi kekhawatiran Amerika adalah jika seandainya teroris memiliki senjata pemusnah massa. Karenanya Amerika selalu berupaya untuk mengawasi dan membatasi setiap Negara yang mencoba mengembangkan senjata nuklir. Karena semakin banyak Negara yang mengembangkan senjata nuklir, maka semakin besar kemungkinan senjata tersebut akan dimiliki para teroris. Hal ini dibuktikan dengan upaya keras Amerika untuk melarang dan memaksa Korea Utara dan Iran untuk menandatangani NPT. Perolehaan senjata nuklir oleh Korea Utara dimana Amerika telah menamakannya sebagai negara pendukung teror , bisa dianggap Washington sebagai ancaman keamanan serius. Dan ketika Negara-negara ini menolak, Amerika memberlakukan berbagai kebijakan dengan tujuan menekan Negara-negara tersebut. Korea Utara misalnya, yang pasokan minyaknya dihambat Amerika Serikat karena tidak mau fasilitas nuklirnya dicek dan diawasi melalui NPT.
Kepentingan kedua Amerika dapat dijelaskan dengan upaya Amerika dengan membangun aliansi utamanya di Eurasia, yaitu NATO di Eropa dan aliansi militer Amerika Serikat-Jepang di Asia. Aliansi militer inilah yang memastikan bahwa Amerika dan sebagian besar Negara Eropa telah memiliki sebuah komitmen dalam bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini cukup untuk mencegah perang antara Amerika dan Eropa. Sehingga saat ini hubungan untuk menjaga perdamaian dengan great power di Eropa bukanlah tugas sulit bagi Amerika.
Kepentingan ketiga, terkait dengan hubungan Amerika dan Timur Tengah. Dan salah satu bentuk intervensi Amerika yang sangat jelas dengan kepentingan minyak adalah intervensi di Teluk Persia. Teluk Persia memiliki 2/3 cadangan minyak dunia dan 1/3 suplai gas alam dunia. Karenanya Teluk Persia menjadi kepentingan vital Amerika karena Amerika mengimpor 16% minyak bumi dari Teluk Persia. Walaupun hanya 16 %, pasar minyak di dunia sangat terintegrasi, jadi jika seandainya muncul actor eksternal yang mencoba menguasai Teluk Persia. Hal tersebut akan sangat membahayakan Amerika. Dan perang Teluk di tahun 2003 merupakan bukti bahwa intervensi yang dilakukan Amerika untuk menghalangi ancaman Irak terhadap distribusi minyak dari Teluk Persia. Hingga kini pun, Amerika terus meningkatkan kerjasama dengan Negara-negara di sekitar Teluk Persia seperti Kuwait, Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Qatar.
Kepentingan keempat , Amerika berupaya untuk memelihata tatanan ekonomi internasional yang terbuka. Dalam konsep ekonomi keuntungan komparatif, keterbukaan berarti impor yang lebih murah dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Negara. Pertumbuhan ekonomi dan level interdependensi yang tinggi dalam perekonomian akan berimbas pada hubungan antar Negara. Dalam jangka panjang, Negara di dunia akan berpikir untuk sejahtera melalui perdagangan bukan melalui perang dan keterbukaan internasional akan membawa perdamaian antar bangsa. Karenanya, Amerika Serikat melalui institusi ekonomi dan perdagangannya (WTO) berupaya menyebarkan prinsip ekonomi liberal dan perdagangan bebas ke seluruh dunia.
Dan apa yang dilakukan Selective Engagement adalah bagaimana kekuatan militer Amerika bisa digunakan untuk memajukan kepentingan nasional tadi. Ini berarti bahwa kekuatan militer Amerika akan membentuk kondisi internasional yang membantu mewujudkan kepentingan Amerika, dari pada intervensi langsung dengan menggunakan kekuatan militernya ke dalam suatu Negara. Jadi, intervensi Amerika ke Negara-negara lain tidak akan dilakukan kecuali menyangkut kepentingan Amerika. misalnya Intervensi Amerika di Libya, Amerika memiliki kepentingan ekonomi terhadap Negara tersebut sehingga ikut dalam penyerangan, walaupun tidak memimpin langsung. Penyerangan ini justru dipimpin oleh Prancis dan Inggris. Pelaksanaan strategi selective engagement juga sangat terlihat dalam intervensi Amerika ini, di mana Amerika melakukan pencapaian kepentingannya di Libya dengan mekanisme collective action sehingga dapat mengurangi biaya maupun resiko bagi Amerika sendiri.
Selain itu, selective engagement juga mementingkan strategi pertahanan. Dengan penekanan pada pentingnya basis militer Amerika di luar negeri di luar negeri. Buktinya, Amerika telah membangun berbagai aliansi militer dan membangun pangkalan militernya di beberapa Negara. Proyek pembangunan kekuatan militer Amerika di luar negeri sangat penting untuk memajukan kepentingan Amerika. Akan lebih mudah jika dilakukan dengan basis-basis d luar negeri dibandingkan dari Negara Amerika sendiri. Dengan asumsi ini juga Amerika juga lebih mudah mempengaruhi peristiwa dalam sebuah region, apabila terdapat militer Amerika di sana. Dan dalam jangka panjang, hal ini diharapkan bisa menciptakan stabilitas antar actor utama di dalam region. Hal ini ditunjukkan melalui kebijakan Amerika di Asia Timur, Amerika Serikat memberikan bantuan militer kepada Taiwan, dan mendirikan pangkalan militernya di Okinawa Jepang dan di Korea Selatan menunjukkan bahwa Amerika berupaya untuk menjaga agar menjaga stabilitas dan balance of power di Asia Timur.
Jadi, selective engagement menjelaskan bahwa tidak semua kawasan yang menjadi prioritas bagi Amerika, dan Amerika juga tidak perlu menempatkan basis militer permanennya di semua area di dunia. Secara historis, militer, ekonomi dan sumber daya alam, wilayah yang penting dan menjadi prioritas Amerika adalah Asia Timur dan Asia Tenggara, Eropa, dan Timur Tengah. Hal ini menyebabkan Amerika menjadi lebih selektif dalam penggunaan sumber daya dan power nya dalam hubungan internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar